Dampak Urbanisasi pada Pola Konsumsi di Kota
Urbanisasi telah membawa perubahan dramatis pada pola konsumsi di kota-kota besar Indonesia. Menurut BPS, sebanyak 68% penduduk Indonesia tinggal di area perkotaan. Kebutuhan akan barang dan jasa yang lebih maju dan beragam telah meningkat pesat. "Urbanisasi telah merubah pola konsumsi masyarakat," jelas Dr. Haryo Kuncoro, pakar ekonomi dari Universitas Indonesia.
Ikhwansyah, seorang pengamat sosial, menambahkan, "Pola konsumsi masyarakat perkotaan cenderung lebih hedonis dan materialistik, ditandai dengan peningkatan belanja untuk barang-barang mewah dan gaya hidup yang lebih mahal." Fakta ini tampak dalam data Bank Indonesia yang menunjukkan peningkatan belanja masyrakat perkotaan untuk elektronik, pakaian branded, dan makanan cepat saji.
Kenaikan tarif transportasi dan biaya hidup di kota besar juga berdampak pada pola konsumsi. Menurut studi yang dilakukan oleh Universitas Gadjah Mada, rumah tangga perkotaan menghabiskan hingga 40% penghasilan mereka untuk transportasi dan perumahan. Jadi, bisa dikatakan bahwa urbanisasi telah menciptakan pola konsumsi yang lebih tinggi dan berorientasi pada gaya hidup.
Transisi Sosialisasi Akibat Urbanisasi di Lingkungan Perkotaan
Selain itu, urbanisasi juga berdampak pada pola sosialisasi masyarakat. Tidak seperti di desa, interaksi sosial di kota lebih anonim dan formal. Sebagai contoh, seorang peneliti dari Universitas Airlangga, Fitri, menemukan bahwa "orang kota lebih sering berinteraksi melalui media sosial daripada tatap muka."
Menurut Fitri, ini adalah bentuk adaptasi terhadap ritme hidup yang lebih cepat dan sibuk di kota. "Pola sosialisasi yang cenderung individualistik ini juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang padat dan hiruk pikuk," ujarnya. Dalam lingkungan seperti ini, kebiasaan untuk berinteraksi secara langsung dengan tetangga atau anggota masyarakat sekitar sudah jarang ditemukan.
Pola sosialisasi tersebut, menurut Pak Joko, seorang antropolog dari Universitas Padjadjaran, juga berpengaruh pada solidaritas sosial dan hubungan antar individu. "Urbanisasi telah menyebabkan penurunan keakraban dan solidaritas sosial di lingkungan perkotaan," kata Joko.
Meski begitu, urbanisasi tidak selamanya negatif. Sebagaimana dikatakan oleh Dr. Reza, seorang psikolog dari Universitas Brawijaya, "Urbanisasi juga bisa menjadi kesempatan bagi individu untuk memperluas jaringan sosial dan mendapatkan kesempatan baru." Jadi, perubahan pola sosialisasi bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari adaptasi terhadap lingkungan baru.